Sabtu, 06 Juli 2013
Aku mau ceritain pengalaman mengajar aku kemarin. Kemarin,
aku bener2 diajak untuk melihat sisi lain kota Jakarta. Selama ini, aku
biasanya berkunjung ke tempat2 mewah di Jakarta, seperti Mal, perusahaan besar,
perumahan mewah, bahkan sekolah internasional. Aku tahu kalau ada sisi lain
kota Jakarta di balik sisi glamornya sebagai ibukota, tapi aku ga pernah secara
langsung pergi ke tempat tersebut dan berinteraksi dengan warganya.
Perjalanan kali ini menyusuri daerah Tanjung Priok. Hmm..
kalau diliat dari peta, jauh juga ya. Dari depok tuh ujung ke ujung banget. Aku
sama 3 temenku (Asti, Eki, Fatma) berangkat dari Depok jam 7 pagi naik trans
Jakarta. Dari awal udah ga dapet duduk, dan baru sampai di tempatnya jam stgh
12!! Dan, ga enaknya lagi, sebenernya janjian sama anaknya jam 10, jadi pas
dateng anak2nya udah pada mau pulang
Untung mereka mau masuk lagi untuk belajar..
Lama bgt di jalan, dan pas jalan kaki menuju lokasi (di
Koja), ternyata daerahnya agak banjir, sekitar di atas mata kaki dikit. Daerah
Koja cukup padat, dan biasanya masyarakatnya punya usaha mobil derek. Dari segi
suku dan agama, menurutku di daerah ini masyarakatnya lebih beragam dibanding
tempat mengajar yang lain. Tapi, sekalipun lebih beragam, mereka hidup rukun satu
sama lain. Aku titip pesan ke mereka agar meskipun berbeda, mereka harus tetap
hidup akur, tidak boleh memilih2 teman karena perbedaan tersebut.
Sejujurnya, kami sama sekali ga mempersiapkan apa2 untuk
pelajaran hari itu. Aku kebagian kelas 1-3 SD. Mereka minta pelajaran
matematika dan semanget banget buat belajar. Akhirnya aku minta mereka duduk
per kelas (kls 1, 2, 3) terus kasih mereka soal matematika bergantian. Setiap
selesai satu soal, aku minta mereka jawab bareng2. Mereka semanget banget buat jawab, terutama
kelas 1 nya. Kelas satu aku kasih soal tambah dan kurang tapi Cuma 1 sampai 10.
Kelas 2 nya justru terlihat self-esteemnya rendah. Aku kasih mereka soal tambah
dan kurang tapi angkanya sampai puluhan. Waktu dikasih soal yang agak sulit,
mereka langsung bilang ga bisa, padahal belum dicoba. Kalau kelas 3, mereka
tetap mau coba kerjakan sekalipun jawabannya salah. Contohnya, pas aku minta
mereka buat tabel perkalian 3 dan 4, mereka tetap mau coba sekalipun ada yang
salah dikit2. Tapi kan yang penting mereka ga mudah menyerah.
Ada satu anak yang pinter matematikanya. Aku lupa namanya
siapa, tapi aku baru tau kalau ternyata dia udh naik kelas 4, jadi harusnya
bukan aku yg pegang. Tapi dia mau belajar sama aku, jadi aku kasih perkalian
yang lebih sulit, perkalian 21x21 sampai 25x25 dan ternyata dia bisa jawab
semuanya dengan bener J
Terus, setelah itu, aku ceritain tentang Thomas Alfa Edison.
Aku ceritakan kalau Thomas Alfa Edison tuh bukan berasal dari keluarga kaya
yang berkecukupan, ia harus berjuang agar bisa sekolah dan bekerja untuk
menghidupi keluarganya. Aku pengen anak2 ini tahu bahwa anak seperti mereka
yang mungkin hidupnya kurang berkecukupan pun bisa meraih mimpi mereka. Aku
juga ingin mereka punya sosok panutan untuk meraih cita-cita mereka. Haha, jadi
inget pelajaran di Pelatihan, kan harus ada concrete experience yang membuat
terhenyak dan sosok panutan untuk berubah :P